Sabtu, 28 Desember 2013

Aq kehilangan semua yg kumiliki. Kemampuan menulisku. Aku tak bisa lagi berkata kata. Entah kenapa sejak aku merasakan jadi pengangguran, emosiku tidak stabil.

posted from Bloggeroid

Kamis, 14 November 2013

It is so long

Lama banget gak nulis. Pantes aja sesak rasanya disini (nunjuk jantung). Whatever deh. kehidupan ini membuatku penat. Bukan kehidupannya sih sebenarnya, tapi aturan-aturan yang dibuat masyarakat ini yang menyesakkan.
Masalah pekerjaan misalnya (ini lagi). Sebenernya gue gak nganggur. Cuma kerjaan gue gak terlalu dikenal dan dianggap di masyarakat. Full Time Freelance. Nah lho.... Yaiya lah. gue Asistance Consultant bu Lita. Trus ngajar les privat. Trus bantuin ibu juga ngerjain TA nya.
And then, about merriage. Hummmm.... siapa sih yg gak pengen merried, tapi kan gak mungkin juga gue yg ngajak merried. Gak mungkin juga merrid tanpa persiapan. whatever lah......
Masalah apa lagi? jaga sikap. cewek bodinya harus kurus? huuaaahhhh please deh...

posted from Bloggeroid

Rabu, 30 Oktober 2013

Lost Capsule



Hey, titik-titik air mulai berjatuhan Tepat  saat aku melintasi jalan ini, jalan yang belakangan takut untuk kulalui.  Hey, ada yang menggenang di pelupuk mataku, memburam. Jalan ini tak banyak berubah sejak setahun lalu saat air mataku menggenang seperti ini. Kau pasti tak pernah tau, aku pernah menangis. Bukan karena luka yang kau buat, bukan untuk melepasmu pergi. Aku menangis melihatmu membangun bendungan paling kokoh  untuk membendung air matamu membiarkanku mencintai orang lain, membagi cinta yang kau berikan. Hey, titik air ini bukan titik air yang dulu, begitupun hatiku. Masih bisakah kau menemaniku merasakan hujan di jalan ini lagi? Aku rindu.

Jumat, 25 Oktober 2013

Aku mulai ragu. Bisakah menguatkanku saat aku lemah. Bisakah kau menjadi sandaran saat aku lelah. Sedang kau saja dipenuhi keegoisanmu sendiri. Pernahkah kau sedikit pedulu pada ketakutan ketakutanku?
Aku mulai ragu...
Sendiri mungkin lebih baik.
Harus lebih kuat.

posted from Bloggeroid

Minggu, 13 Oktober 2013

Tentang Luka

Jika duri mawar itu menyakiti, kenapa masih kau genggam. Bukankah melati juga semerbak? Tak menyakitimu juga.

Jangan bilang karena kau mencintainya, sementara kau disakiti berkali kali olehnya tanpa berdosa.

Kau pikir luka itu lama kelamaan tidak menyebabkan infeksi? Membusuk kemudian mengeluarkan nanah.
Dan dengan bodohnys kau masih bertahan. Masih menangis untuknya. Padahal hey, dia pun tak pernah peduli padamu, pada lukamu, pada sakit yang ditorehkannya berulang kali.

Okt, 13

posted from Bloggeroid

Senin, 30 September 2013

Sehari 30S

Sekarang aku percaya kata katamu waktu itu 'Percayalah dek, aku yang terbaik'
Terima kasih udah membuktikannya ^_^

posted from Bloggeroid

Benar kata orang. Kesedihan tidak pernah membiarkan kebahagiaan datang sendiri.

posted from Bloggeroid

Kamis, 19 September 2013

God... Please. It's hurt.
Buat itan lupain dia pliss....
Itan gak sanggup lagi.

posted from Bloggeroid

Selasa, 17 September 2013

Ter-biasa. Terasing.

Aku terlalu terbiasa tanpamu. Hingga kehadiranmu menyajikan sepercik kecanggungan.

'Mbak ada yang bisa dibantu?' Seorang pria menawarkan bantuannya kepadaku. Aku tersenyum menggeleng.
Kalau cuma membawa berkas sebanyak ini, aku masih sanggup sendiri. Aku harus kuat,bisikku pada diri sendiri.

Kau bilang aku perempuan tangguh. Kau bilang, aku tak boleh manja. Tak sadar kah kau, aku tetap seorang perempuan?

Tanganku gemetar mengambil ponsel hitamku di atas meja kecil sebelah tempat tidurku. Bahkan mengangkat tubuhku untuk sekedar membasuh wajahku pun aku tak sanggup. Pandanganku bahkan tak bisa fokus.
Aku menekan panggilan cepat.
Bukan untuk menghubungimu.
'Ru, ke kos gw, tolong. Gw lemes banget'
Tidak sempat Endru menjawab panggilan itu terputus.

Pintu kamarku terbuka, aroma Endru menguar disekitarku. Aku tersenyum, kenal betul dengan aroma wood dan musk yang bercampur menjadi bau khas Endru.
Aku bisa tertidur lelap. Endru tahu apa yang harus dilakukannya.

'Lo perempuan paling mandiri yang pernah gue kenal.' Endru. Aku tersenyum kecut

'Berhenti nganggep diri lo kuat ngerjain semua sendiri, Lun. Lo kan bisa minta bantuan gue.' Endru menatapku cemas.

'Thanks tawarannya Ru.' Aku tak mau berdebat dengan Endru sekarang ini. Terasa terlalu lelah.

'Gue bukan Yudha punya cewek setangguh lo cuma biar lo gak ngerepotin dia.' Endru menggumam. Aku tak berkomentar.

Aku harus terbiasa tanpamu, meski itu berarti membunuh semua rindu yang perlahan menggerogotiku

'Lun, vitamin lo ada di tas merah lo. Gue ada urusan bentar. Jam 12 gue telp buat mastiin lo. Kalo ada apa apa lo telp gue' Endru pamit.

Aku meraih ponsel putihku. Melihat fotomu di ponselku. Sudah cukup, bisikku pada diri sendiri. Aku tak beh bersikap kekanak kanakan lagi dengan memberimu ucapan selamat pagi. Bukankah kita sudah dewasa.
Hhhhhhhhhh aku menarik nafas panjang. Ini hari ke- tiga tidak ada kabar darimu. Aku tak menuntut apapun. Hanya berusaha percaya. Berusaha 'Dewasa', katamu.

Apa percaya saja cukup? Bila ternyata membiasa dan terbiasa menghilangkan rasa.

***
'Yudha?' aku tak percaya. Melihat lebih pasti siapa pria dihadapanku. Iya, itu kau, Yudha Dharmawinata.
'Eh, ada apa nih. Tumben mampir?' aku berkata canggung.
Dahimu berkerut.
'Sorry, maksudku ini senin. Kamu gak kerja?' tanyaku.
'Endru kemarin sms, bilang kamu mau pindahan hari ini. Kenapa gak ngabarin? Aku kan bisa bantu.'
'Aku bisa sendiri kok Yudh. Aku gak mau ganggu kamu.' Aku tersenyum.
Aneh. Kupu kupu itu tidak berterbangan lagi di perutku. Pipiku tidak memanas lagi. Aneh. Aku tak pernah sesantai ini berhadapan denganmu. Kemana semua rindu yang kubenamkan dalam dalam. Hey, aku bahkan lupa bagaimana caramu tersenyum. Ah ya aku harus segera mengangkut beberapa kardus lagi.

'Masuk Yudh, maaf masih berantakan.' aku mempersilahkanmu duduk di sebuah kursi yang tersisa sambil mengangkat sebuah kardus yang cukup besar.

'Berhentilah seolah lo bisa ngerjain semua sendiri Lun.' sebuah tangan menarik kardus itu. Bukan, itu bukan tanganmu. Jam tangan hitam itu hadiahku untuk Endru.
'Gue bukan cowok bego yang cuma bisa diem waktu lo ngerjain semuanya sendiri. Lo lupa ya Lun, Lo itu perempuan.' Endru mengangkat kardus berat itu dan berlalu. Aku tersenyum.

'eh Yudh sorry ya. Aku harus buru-buru pindahannya.'

Aku pernah merasa takut. Aku takut terlalu terbiasa tanpamu, hingga kehadiranmu menjadi asing.

posted from Bloggeroid

Sabtu, 31 Agustus 2013

Sedikit cerita dari Sini

Kalian tau apa yang aku cari disini?
Untuk apa aku ngebela belain ngorbanin hal hal tertentu cuma biar aku bisa berada disini beberapa hari?
Aku mencari...
Bukan sekedar tempat tempat baru, atau pengalaman baru, atau pamer, atau sekedar refreshing otak.
Aku mencari rumah untuk hatiku.
Mencari arah untuk jiwaku.
Mencari tempat bersandar untuk lelahku.
Sederhananya, aku mencari alasan untuk tetap bertahan hidup.
Aku mengorbankan banyak hal bukan untuk hal sepele bernama 'liburan' atau 'wisata'.

Terima kasih untuk semua yang memberikan aku arti hidup, alasan untuk tetap bertahan hidup.
Untuk menentukan asal, kita harus pergi kan?

posted from Bloggeroid

Sabtu, 24 Agustus 2013

Aku memilih berhenti sebelum tersakiti lebih jauh. Aku terlalu takut sakit sehingga tidak berani jatuh cinta.

posted from Bloggeroid

Refresh

Dewi Lestari pernah menuliskan sepotong kalimat yang membuatku tersadar
"Untuk mengetahui asalmu, Pergilah lalu kembalu. Adam tak pernah tau bahwa dia itu istimewa sebelum dia di keluarkan dari Surga"

Akhir- akhir ini aku bingung, ragu, antara apa yang aku inginkan dengan apa yang aku butuhkan.
Perjalanan besok, satu minggu yang sudah lama aku nantikan. Sejak mendengar lagu Jogjakarta milik Kla project mimpi itu sudah kuukir dalam hati. Aku harus ke Jogja.
Aku bukan ingin ke Borobudurnya, ke Parangtritisnya, bukan. Aku hanya ingin menikmati senja di jogja. Itu aja.
Rasanya hangat, nyaman, tenang, hidup. Aku belum pernah melihat senja di Jogja. Mimpi yang sederhana. Aku rela mengumpulkan uangku, menahan nafsu jajanku demi ke Jogja.

Tiba- tiba hari ini keinginan itu seolah kandas. Bukannya semangat, aku malah ragu memulai perjalanan ini. Aku takut ada yang hilang nantinya.

Tapi aku harus pergi...

posted from Bloggeroid

Rabu, 21 Agustus 2013

Promises promises

Aku akan berjuang sekarang. Hingga suatu hari aku bisa tersenyum dan berkata dalam hati 'Kalian tidak pernah tahu seberapa banyak aku telah gagal sebelum ini'

posted from Bloggeroid

Minggu, 18 Agustus 2013

Pengennnn ngilang sementara dari peredaran.
Kesal dengan kenyataan bahwa persahabatan itu gak penting lagi.

posted from Bloggeroid

Kamis, 01 Agustus 2013

Maafkan Hati


Laura melirik ponselnya sekilas.
Tak ada balasan dari Adry. Sia-sia menunggu konfirmasinya, sejam, dua jam. Seperti biasa tak akan ada yang ditunggu sampai esok. kemudian lelaki itu akan menyapanya dengan kata manja besok pagi, dan Laura begitu saja luluh.

Pling...
Sebuah ikon amplop muncul di layar persegi panjang itu. Sebuah nama yang berulang kali diacuhkannya muncul menutupi sebagian wallpaper ponselnya yang menampilkan wajahnya dan Adry. Sebuah nama muncul, Gio.
Giofan Syahreza.

Ra, sibuk?

Yang ditanya hanya mendengus tak menjawab.


'Ra, ada yang memang kamu inginkan padahal tak seharusnya kamu miliki. Ada yg kamu acuhkan, padahal kamu butuhkan.'

Diambilnya ponsel yang tadi dihempaskannya di sebelahnya. diketiknya cepat.

Gak. Knp Yo?
sent...

Udah makan Ra?

Pertanyaan sederhana yang langsung menyadarkannya. Dia belum makan sejak pagi.

belum. Diet Yo :-)

Aq jemput sekarang ya.

Laura tak membalas apapun. Hatinya menolak.

terkadang hati tak serealistis logika Ra.

Baru lima belas menit gadis itu fokus pada laporan akhirnya.

Ra, aq di gerbang. Makan yuk

Langsung diambilnya cardigan merah tua nya, di polesnya lipgloss pink nude favoritnya, sederhana. Sesederhana perasaannya sekarang. Nyaman.

Gio masih berada diatas motornya. Menyediakan helm untuknya, tersenyum manis ditengah wajah cemasnya.

adonan kue takkan sama rasanya setelah melewati suhu tinggi, Laura. Sejatinya setiap perselisihan menghadirkan kematangan baru.

Gio. Giofan Syahreza. Lelaki yang hampir tak pernah lagi diharapkan Laura datang di kehidupannya, setelah pertengakaran yang membuat persahabatan mereka sempat terhenti.
Tapi sekarang ia berada di boncengan lelaki itu membiarkan wajahnya tersapu angin. dan merasakan perutnya sangat lapar.

'Ra akan ada masa kau lebih memilih merasa nyaman daripada kau tetap menunggu yang tak pasti'

Laura merogoh saku celananya, mengambil ponselnya. Menekan tombol nonaktif. Kemudian menyimpannya.

Aku telah lelah menjaga hatiku untukmu. Sementara kau menyia nyiakannya. Izinkan aku melepasnya. Memaafkan hatiku yang terlalu setia menunggu luka baru darimu.

'Ra... Udah nyampe.' Gio melepas helm nya menoleh pada gadis di belakangnya. Laura tersenyum.

Kita memang harus mencoba yang salah dulu Ra. Biar tau apa yang sejatinya diinginkan hati.

Sesederhana ini. Sesederhana rasa yang terbentuk dari kulminasi langit dan tiupan angin sore.


posted from Bloggeroid

Minggu, 14 Juli 2013

Ingin Hilang Ingatan

Menghilanglah dari kehidupanku 
enyanhlah dari hati yg tlah hancur
kehadiran sosokmu kan menyiksaku
biarkan disini ku menyendiri
Pergilah bersamanya disana
dengan dia yg ada segalanya 
bersenang-senanglah sepuasanya
biarkan disini ku menyendiri
Terlintas keinginan tuk dapat
hilang ingatan agar semua terlupakan
dan ku berlari sekencang-kencangnya 
tuk melupakan mu yg tlah berpaling
Disini,Kembali 
kau hadirkan ingatan yg seharusnya kulupakan
Dan kuhancurkan adanya... 
Disini,Kembali
kau hadirkan ingatan yg seharusnya kulupakan
Dan kuhancurkan adanya.....
Letih disini...kuingin hilang ingatan
Letih Disini.....kuingin hilang ingatan

Ingin hilang ingatan By Rocket Rockers.

Lirik yang berkali kali kuputar seminggu ini. kegagalah tanpa alasan yang jelas itu berkali kali membunuhku. 
Beasiswa yang tak bisa kudapatkan hanya karena keterlambatan proes pendafaran ulang membuatku merasa menjadi orang paling gagal. 
Aku hanya bisa gigit jari saat impiku terlepas begitu saja, bahkan saat jari jariku sudah menyentuh rupanya.
Penyesalan itu berkali kali menghampiriku. Kekecewaan itu berkali kali menertawakanku.

 
Aku jatuh ke titik nadir.  
Tuhan, Bantu aku bangkit. Kumohon.

Selasa, 09 Juli 2013

Jeritan hati seorang Jobless

Jobless...
Itu kutukan yang menakutkan bagi seorang sarjana seperti aku.
Siapa sih yang gak pengen dapet kerja. Aku hampir gila karena kondisi ini. Jangan tanya berapa tempat yang sudah aku masukin lamaran. Sering nya, aku tolak karena gaji dibawah UMR sementara tanggung jawabnya luarbiasa. Bulan ini malah hampir setiap hari aku melihat situs penyedia lowongan kerja. Memasukkan lamaran. Belum ada yang dipanggil.
Sedihnya waktu orang orang nanya atau sekedar bilang.
'kerja dimana sekarang?'
'apa kegiatan sekarang?'
Kemarin aku baru dapat hantaman keras dari seorang kakek kakek yang bilang 'mahal mahal disekolahin kok cari kerja payah.'
Aku cuma bisa tarik nafas dan tahan air mata. Hahahhaha.
Jangan tanya usaha yg udah ku lakukan. Banyak banget. Hampir semua penyedia lowongan kerja sudah aku daftarkan. Tetep aja.....
Huuufhhh. Mungkin belum rezeki.
Semoga ada jalannya. Yang lebih baik.
Yakin Usaha Sampai.

posted from Bloggeroid

Minggu, 30 Juni 2013

Dear God

Tuhan... Jagain dia buat itan. Itan sayang bgt ma dia. Please....
Itan gak benci kok. Cuma kesel aja sama cuek nya.... Please maafin itan. Jagain dia ya. S.Putra.T
Thx udah pernah ngasi dia dlm hidup itan. He is the best.

posted from Bloggeroid

Rabu, 19 Juni 2013

Unknown

Pacaran itu emang bisa ngerubah satu orang. Termasuk persahabatan. Bullshit sama sahabat klo sahabatmu udah punya pacar. Dia bakal jadi orang lain. Terserah yang penting aku harus cari sahabat2 baru. Orang orang baru. biarpun aku udah pnya pacar. pokoknya gak boleh gak peduli sama sahabat. Love or Friendship itu pertanyaan bodoh. pastilah dia pilih love. secara pacarnya bisa kasi dia segalanya.
Awakni apalah.
huffhhttt.... Semanga itan.. temukan orang orang baru. sahabat sahabat baru....

posted from Bloggeroid

Senin, 03 Juni 2013

Time capsule

pada waktu aku menyerahkan seluruh harapku

kau tau, waktu tak pernah berdusta. Tak pernah mengingkari janjinya. Jika waktunya buah akan masak, maka waktu akan memberikan masanya untuk itu. Waktu tak pernah mengingkari janjinya, Laura. Apalagi pada para pecinta.

Kau berdoa pada-Nya siang malam. untuk kehidupannya. Lelakimu yang tak pernah lagi kau temui.
Kau tak pernah bercerita pada siapapun tentang doamu. Cuma Tuhan yang kau percaya menjaganya, menjaga hatinya. Tak pernah kau percaya siapapun.

Kau menghitung hari jam detik menit sekon. Tak henti. Menitipkan harap pada waktu. Aneh. Kau begitu saja menyerahkan hidupmu pada waktu. Kau bilang, waktu tak akan pernah berdusta. Apa lagi pada para pecinta.

Aku tak percaya. Sejatinya 3 kali aku di lemparkan oleh waktu pada kesadaran bahwa waktu tak menepati janjinya.

Kau tau... aku menunggumu, menghitung waktu seperti yang kau lakukan. Kali ini aku akan merebutmu dari rengkuhan waktu. Berdiam disisiku.

....

posted from Bloggeroid

Sabtu, 27 April 2013

Capsule- what if

Jika kesetiaanku kau sia siakan, Paling tidak aku membuktikan aku pecinta yang paling setia

Dulu aku belajar untuk mencintai, dan aku terluka.
Sekarang aku belajar untuk setia, dan kau berkhianat.

'Siapa dia?' tanyaku tanpa menoleh kepadamu. Suaraku bergetar, Airmataku kutahan setengah mati. Aku tak mau terlihat lemah. Kau tau kan, aku tak suka dikasihani.

'Rekan kerjaku.' Jawabmu singkat. Seolah kau tau itu adalah pertanyaan pertama yang akan kutanyakan.

Setelah itu hanya hening yang menemani perjalanan kita membelah malam. Di kota ini.

*

Jalanan ini pernah kita lalui dengan menggenggam tangan. Pernah kitw lalui dengan tertawa tawa.
Kau ingat kios di ujung jalan sana? Tempat kiita biasa menghabiskan sore menikmati semangkuk eskrim pandan favorit kita.

Belokan sebelah kiri itu arah ke taman tempat aku biasa menunggumu pulang kerja.

Aku tersadar, beberapa minggu ini kau terlihat menjauh. Tak ada lagi sapa lembut sore hari, tak ada lagi ucapan sayang yang biasanya membuatku tersipu.
Berkali ku tepis pikiran negatif, menyangkal insting perempuanku.

Hari ini aku menyerah...

*

'sejak beberapa bulan lalu' kau menjawabnya dengan sangat tenang.
Sikapmu yang dulu sangat kukagumi.

Harusnya aku sadar lebih awal. Kau tak cemburu saat aku bercerita tentang Samuel, Anak baru di tempat kerja ku.
Harusnya aku sadar sejak kau mulai menjauh.

Aku tetap setia menunggumu setiap sore. Menantikan senyum ramahmu, menantikan wajah lelahmu, merindui suaramu.
Harusnya aku tak perlu setia.

Jika pada akhirnya rasa itu mampu memudar. Atau sekedar berubah arah. Kau mencintai Karen. Mengkhianatiku.

Harusnya aku tak harus setia. Menaruh percaya pada hatimu.

Tapi paling tidak aku telah membuktikan aku pecinta yang setia.

posted from Bloggeroid

Senin, 01 April 2013

Fear

Ada rasa takut.
Begitu saja menghantui.
Mimpi itu di depan mata
Tapi aku terlalu takut bermimpi kali ini.
Banyak hal yang harus di pertimbangkan.
Kaki ku harus lebih kokoh
hatiku harus lebih kuat
Tapi harapku semakin mengecil
Terlalu banyak yang harus di pikirkan hingga aku benar benar mampu berkata 'aku siap'
Ketakutan itu ingin kubagi,
Ini yang benar benar kuinginkan sekarang.
Ini mimpiku
Tuhan, Aku mohon....

posted from Bloggeroid

Kamis, 21 Maret 2013

Puisi pagi



Pada pagi yang mendung
Ada rindu terkungkung
Ada rasa terbendung
Tak bisa meraung
...

Pada siang yang cerah
Ada cinta yang buncah
Meski kadang tak terarah
Pada jiwa yang merekah
Buncah
...
Pada malam yang hitam
Ada pesan pada kelam
Biarkan rindu tenggelam
Karena asa telah terbenam
Jauh ke dasar paling dalam



Untuk cinta terpendam

posted from Bloggeroid

Kamis, 14 Maret 2013

Polaroid capsules

 


“Kamera Polaroid … !!!” Seruku saat itu. Kau hanya tersenyum. Ya, itu hadiah yang kau berikan di hari ulang tahunku yang ke 19. Setelah berulang kali kau membujukku untuk mengatakan apa yang paling aku inginkan saat itu, aku ingat sekali, setelah ku katakan aku ingin kamera itu tiba tiba saja kau menjauh dariku, tak mau lagi ku ajak makan, atau sekedar nonton film yang saat itu sedang tanyang perdana. Kau tiba tiba saja jarang terlihat muncul tiba-tiba di pintu kamarku. Beberapa kali kuperhatikan kau terlihat lelah, mengantuk di kelas saat dosen menjelaskan. Kau tau, aku sudah lama sekali mengumpulkan uang untuk membeli kamera itu, tapi selalu ku gunakan untuk membayar uang kuliah karena belum datang kiriman dari ibuku. Kau tau itu hadiah terindah di hidupku.

Tiba tiba saja aku teringat tentangmu. Padahal itu sudah lama sekali. Sekarang pasti kau sudah bahagia.

Kau ingat, dengan kamera itu kita membuat buku ‘Sejarah’. Kau lebih suka mengatakannya buku ‘pusaka’. Kau ingat buku itu masih tersimpan rapi, sebagai bukti aku pernah bahagia bersamamu. Baru setengah dari buku itu terisi, kau tiba tiba saja pergi. Menghilang entah kemana. Menjauh begitu saja, sejak kuceritakan seorang kakak kelas yang sejak dulu kusukai menyatakan cintanya kepadaku. Kau tau sejak itu, aku kehilangan tawa renyahmu, kehilangan mata sipitmu saat tertawa, kehilangan aroma tubuhmu yang berbalut harum chocolate. Aku rindu. Itu saja yang kutulis di buku ‘pusaka’ kita.

Tiba-tiba saja aku merindukanmu dengan sangat, tanpa tepi. Padahal sudah lama sekali aku terbiasa dengan rasa ini.

Entah apa yang dapat mendefenisikan rasa itu, saat aku akhirnya mengetahui kabar terakhirmu. Bahkan dari orang yang baru saja ku kenal. Dea. Gadis manis itu akhirnya menceritakan kisah cintanya. Bahwa ia akan bertunangan dengan seorang arsitek kreatif. Andro. Nama yang tidak asing di telingaku. Andro Yudhistira. Gadis itu mengangguk saat kusebutkan nama lengkapmu. Aku tercekat. Terdiam. Kemudian dengan sopan segera pamit. Kau tau, aku menangis tanpa alasan hari itu. Harusnya aku bahagia bisa mengetahui kabarmu dan kabar bahagia kalian. Tiba tiba saja saat itu aku sedih. Belum selesai di situ, kau menjemputnya beberapa hari kemudian, menawariku makan bersama kemudian mengharuskanku melihat kebahagiaan kalian. Kau tertawa. Hal yang paling kusukai darimu, hal yang paling kurindukan. Suara tawamu. Saat kau tertawa renyah, lepas, tanpa beban, aku ingin menangkapnya dalam sebuah toples kaca, kusimpan untukku sendiri. Takkan ku bagi, meski dengan nya, kekasihmu. Tapi aku tak bisa. Aku cemburu. Aku tak ingin kau terbagi.

Andai aja kau tahu, saat itu setengah mati aku ingin menjepretkan kamera polaroidku. Aku ingin mengumpulkan kembali tawamu. Tapi kau mengeluarkan ponsel terbarumu dan mengabadikannya dengan kamera ponselmu. Terasa ada yang berbeda Ro. Rasa ini membuat kepalaku menjadi panas.

Ah, Ro. Air mataku begitu saja keluar setiap kali aku melihat buku pusaka kita. Kau selalu bilang, ada masa yang tak pernah kembali, saat saat yang tak akan terulang lagi. Kau benar, kamera ini menjadi bukti semuanya Ro. Aku punya saat saat yang tak pernah terulang itu. Saat kau masih tertawa bersamaku, tertawa untukku. Masih teringat jelas saat terakhir kali sebelum kau pergi menghilang. Di padang  rumput belakang komplek perumahan kita. Kau tertawa renyah, lepas, bebas, untukku setelah kau berhasil menangkapkan kupu kupu kuning favoritku. Dan melepaskannya, seperti permintaanku.

 

Andai waktu bisa kuputar kembali. Aku ingin mengatakannya kepadamu, Kau adalah hadiah istimewa dari Tuhan untuk hidupku yang sederhana.

Capsule: Aku Ingin Jatuh Cinta (lagi)








“Hai Gadis… “ itu suaranya yang ceria seperti biasa. Dengan kaca mata bergagang hitam dan dengan rambut yang sedikit tertiup angin, dia menghampiriku di meja kantin, tempat seperti biasa, sudut terjauh di kantin kampus, dekat jendela. Aku sudah menunggunya sejak setengah jam yang lalu. Tapi seperti biasa sepertinya dia tak peduli. Mata sipitnya mulai memperhatikan sekitar kantin. Melambaikan tangan pada beberapa mahasiswa lain yang sedang makan di meja lainnya.

“Hmm…” Aku Cuma menggumam, tak melepaskan pandanganku dari buku yang kubaca. Kemudian merasa tak diperhatikan, Dia menyuruput Lemon Squash milikku yang tinggal setengah. Biasanya cara ini berhasil, kali ini tidak. Jengah tidak diperhatikan, dia menarik buku yang sedang kubaca.

“Udah lima belas menit, kayaknya halaman yang kamu baca gak berubah deh, Dis”, aku menarik napas panjang “Hmm phiuuhh …” dia selalu sadar saat aku serius membaca atau hanya melamun.

“Ada masalah? Kenapa di jurusan? Di Bully?” tanyanya serius melihat tampang bête-ku. Aku hanya mendengus pelan saat melihat segerombolan cewek dari entah jurusan mana, menyapanya kemudian ber- hahaha- hihihi. Aku semakin tak mengerti apa yang bisa membuat mereka begitu menyukainya, mengejarnya hingga ke lokasi ini.

“Enggak apa-apa. Udah makan? Pesan gih sana!”

“Dibayarin nih kan?”

“Enak aja. Bukan hari special kok?” jawabku.

Setelah pesanannya datang dan menghabiskan makananmu dengan cerewet, bercerita apa saja. Tapi, aku tak mendengar. Pikiranku jauh entah kemana. Hingga kau melambaikan tanganmu dihadapanku.

“Dis… Gadis… Kemana aja?”

“Disini aja, udah ah yuk balik.” Ajakku pulang.

Setelah menaiki motornya, aku sudah đuduk di boncengannya dengan manis. Seperti biasa, dia melirikku sedikit dari kaca spion.

“Tampilanmu hari ini…. Kucel” ucapnya cuek kemudian melajukan motornya.

Tiba tiba aku tersadar. Bukan, ini bukan arah menuju kos-kosanku.

“Kita mau kemana?” tanyaku sedikit berteriak, mengalahkan suara jalanan.

“Gak pake jerit Gadis…”

“iya, tapi kita mau kemana?” tanyaku lagi

“Biar kamu gak cemberut lagi, sebentar aja. Kamu pasti suka.” Jawaban yang diplomatis dan sedikit membuatku penasaran.

Aku hanya diam saja. Tak ingin berdebat lebih lanjut. Obrolan dengan teman teman di kampus tadi sudah cukup membuatku kehilangan mood-ku. Ditambah lagi dukungan dari dosenku yang menyatakan

“Jatuh cintalah, biar tambah cantik. Wajah kita juga tambah segar. Lagian Kalau jatuh cinta aka nada seseorang yang selalu men-support kita disaat sulit” ujar dosenku di mata kuliah komunikasi hari ini. Aku merutuk sendiri dalam hati, “Apanya tambah cantik, berkali kali aku jatuh cinta, mataku sembab, sisa nangis semalaman, mood ku sering tiba tiba berantakan, bagian mana coba yang bisa membuat tambah cantik selain lebih sering berdandan karena takut si pacar pindah ke cewek lain.”. Ya, aku menggerutu sendiri dalam hati, sementara teman-temanku berkasak kusuk membicarakan kejadian jatuh cinta nya sendiri, sambil membenarkan ucapan sang dosen.

“To, kenapa kamu gak pacaran sih?” tanyaku pada Sato, makhluk cowok yang sedang menggoncengku menuju tempat yang katanya aku pasti suka, ini namanya Sato. Lebih lengkapnya namanya Satria Putra. Aku lebih suka memanggilnya Sato, karena matanya yang agak sipit kalau buka kacamata mirip seperti orang Jepang. Sato terdiam cukup lama, kemudian bertanya balik padaku.

“Yakin? Nanti kamu gak ada yang jaga gimana?”

Aku terdiam tidak bisa menjawab. Selama ini Sato lah yang menjagaku. Kemana-mana harus sama Sato, kecuali lagi kencan. Termasuk dalam hal menjadi Bodyguardku saat aku baru putus dari mantanku.

“Ahh serius nih” jawabku.

“Enggak pengen pacaran sama cewek cewek yang belum aku kenal aja. Emang kenapa. Kamu bad mood gara gara gak punya pacar?” tanya Sato tepat pada sasaran.

“Ehmm.. enggak. Aku udah gak mau pacaran lagi. Males.” Jawabku. Sato melajukan motornya semakin cepat di jalanan yang memang sepi.

Sato membawaku ke daerah pinggiran kota, ternyata sebuah gubuk kecil yang menjual masakan khas daerah sini, ikan bakar bumbu pedas. Sato benar, aku suka suasananya, gubuk kecil ini memiliki kolam ikan yang luas di belakangnya kemudian rumput ilalang menutupinya. Ditambah suasana senja dan semilir angin, aku akan betah berlama-lama melamun disini, paling tidak membaca novel-novelku.

Aku bingung pada diriku sendiri, ada yang tak bisa lagi aku rasakan. Kupu-kupu di perutku seperti tidak bisa lagi terbang menggelitik. Menyuarakan apa yang ingin di dengar hati. Aku tak bisa lagi merasakan debaran jantung saat aku jatuh cinta. Aku tak bisa jatuh cinta. Aku mati rasa.

Mungkin aku terlalu lelah untuk disakiti lagi.

Pikiranku melayang. Sato datang membawakan dua porsi ikan bakar bumbu pedas. Beginilah caranya memperlakukan aku kalau mood ku sedang buruk. Istimewa, seperti seorang putri. Kami menghabiskan ikan bakar kami masing- masing dengan diam. Sesekali Sato menggangguku dengan mengambil beberapa bagian ikanku, kemudian membuat lelucon konyol yang dia piker bisa membuatku tertawa, aku hanya tersenyum simpul dan berkata “Bodoh ah”

“Kamu kenapa sih Dis? Capek deh liat kamu manyun terus. Ada masalah?” tanya Sato saat ikan kami tinggal tulang belulang.

“Well, tadi dosen komunikasi bilang kita harus jatuh cinta. Tiba tiba aku ngerasa sendirian, teman teman satu kelas sibuk membicarakan pacar-pacar mereka. Kamu tau kan, aku nih gak punya pacar sejak enam bulan lalu” Jawabku.

“Jadi pengen punya pacar lagi nih?”

“Aku juga males pacaran lagi. Entah, aku hanya ngerasa capek pacaran. Sama si Deon yang kamu kenalin kemarin misalnya, cakep sih, pinter lagi. Tapi aku gak punya perasaan apapun Tọ. It feels like.. ehmm mati rasa or something like that” jawabku panjang. Sato menarik nafas panjang. Aku tau dia sedang berfikir.

“Mungkin gak sih kalau aku mati rasa?” tanyaku selanjutnya.

“Mungkin bukan mati rasa Dis. Hatimu hanya ingin menyembuhkan diri dulu. Sebelum benar- benar yakin mau jatuh cinta lagi. Kamu masih terlalu rapuh buat disakiti lagi. Setiap manusia yang hidup pasti bisa jatuh cinta. ” Jawab Sato. Aku diam tak bergeming.

“Cinta itu kehidupan, karena kehidupan itu sendiri awalnya dari cinta. Ya kan, Gadis Kireyna?” Sato mengucapkan satu kalimat yang pernah aku katakan padanya dulu, dulu sekali, saat dia dengan keras hatinya berkata tidak akan pernah jatuh cinta lagi.

“Iya. Cinta itu kehidupan…” gumamku hampir tak kedengaran.

Tuhan, Aku ingin jatuh cinta… yang terkahir kalinya. Bisikku dalam hati. Semilir angin di gubuk ini seolah menjadi jawaban alam atas permintaanku tadi. Wangi parfum Sato dan keringatnya bercampur menjadi aroma khas Sato yang selalu ku kenal. Aku memejamkan mata.

Sato, bagaimana aku bisa hidup tanpanya. Tiba- tiba aku tersadar, membuka mata. Sato melihat kea rah ilalang sambil memejamkan matanya. Tersenyum. Aku memperhatikan wajahnya, menyukai caranya tersenyum. Tiba-tiba Sato membuka matanya.

“Eh… uhmm. Maaf. Aku…” kataku gugup. Sato hanya tersenyum.

“Jadi, apa lagi yang bisa ku bantu nona manis?” ucap Sato merayu.

“Aku ingin jatuh cinta” bisikku.

“Aku siap menangkapmu jatuh, jika kau izinkan” Sato kemudian merangkul pundakku.

Bulan sabit yang merenung

Bulan sabit menggantung
Sedang aku cuma merenung
Tentang hatiku yang kau gantung
Pada satu sore yang mendung
Mungkin aku yang linglung
Membiarkan hatiku terkungkung
Mengizinkanmu menggantung
Padahal ada harapan segunung
Untukmu pemuda jangkung

Cintaku masih menggantung
Bulan berarti aku berkabung
Hanya sedikit bingung
Mengapa bulan sabit masih menemaniku merenung

14 Maret 2013
Pada hati yang menunggu.

posted from Bloggeroid

Minggu, 10 Maret 2013

Part time capsule

Tau apa yang ku lakulan saat sedang sendiri, memikirkanmu, merindukanmu?
Aku sering berharap tiba tiba kau ada disini, mengejutkanku dengan kedatanganmu. Tidak dengan sebuket bunga, aku tau kau tidak seromantis itu. Mungkin dengan wajah polosmu, wajah lugumu yang kadang manja.

Ah aku tau itu tak akan mungkin.
Aku tersenyum geli mengakhiri kegiatan favoritku.
Aku menoleh pada ponselku yang tiba tiba menyala.

1 pesan masuk

Pesan darimu.
"Hani sayang maaf aku tak sempat meneleponmu malam ini, isteriku ingin aku menemaninya makan malam dengan orang tuanya, Aku akan menemuimu segera."

Terkejut? Tidak. Aku sudah biasa memperoleh pesan seperti itu darimu.
Mencintaimu adalah pekerjaanku.
Menjadi yang kedua adalah resiko yang harus kuterima.
Mengkhayalkanmu adalah pekerjaan PartTime ku.

posted from Bloggeroid

Senin, 04 Maret 2013

Forbidden capsule

Ternyata belajar untuk berhenti mencintaimu itu jauh lebih sulit dari pada belajar mencintaimu.

40 jam sudah aku berusaha menahan diri untuk tidak menghubungimu. Berhenti mengingatkanmu untuk makan, berhenti mengkhawatirkan keadaanmu.
40 jam yang lalu...
"Berhentilah mencintaiku..." ucapmu lirih. Pelan dan Pasti. Tak ada lagi yang perlu dijelaskan. Sebuah undangan pernikahan menjelaskan semuanya. Disana tertulis jelas, Gagah dan elegan namamu, Arga Reinhard.

*
Aku bertahan tak melirik ke ponselku, sedikitpun tidak. Bukan tak berharap kau akan menghubungiku, harapan itu besar sekali malah. Tapi aku sadar tak akan ada lagi pesan pesan darimu, rayuanmu, atau missed call yang kau tinggalkan sebagai tanda aku harus segera menghubungimu.

40 Jam belajar berhenti mencintaimu menyesakkan.
Tak ada rumus cepat dalam kasus ini. Tak ada alat bantu apapun. Semua harus kupelajari otodidak. Pelan pelan.
Kau bilang aku pasti berhasil berhenti mencintaimu.

Bisakah kau mengajariku perlahan lahan? seperti dulu kau mengajariku untuk mencintaimu?

*
ini rooftop kita. Tempat favorit kita. Aku berdiri disisiannya. Kota terlihat sangat indah dari apartemenku. Kau bilang karena letaknya dilantai tertinggi. Bagiku bukan, karena selalu ada dirimu yang memelukku melihat kota.

Sedikit lagi aku bukan hanya belajar berhenti mencintaimu. Aku juga akan melupakanmu.

Aku merasakan angin. Ringan, otot tubuhku yang kau bilang sedikit berisi terasa ringan.
2 detik lagi mungkin... dan
Braaakkk......
ini untukmu Arga Reinhard.
Dari kekasihmu, sahabat dekat calon isterimu, Ben Putra Darmawan.

*

3 Maret 2013
Seorang pria tewas, terjatuh dari apartemennya sendiri.

Aku telah menemukan cara cepat untuk berhenti mencintaimu, Arga

posted from Bloggeroid

Minggu, 03 Maret 2013

Pengen Pergi

Entah. pengen aja hijrah ntah kemana gitu bosen bgt rasanya tiap hari gini2 aja. gg ada progress..

posted from Bloggeroid

Kamis, 21 Februari 2013

Paradigma orang

Manusia dihadapan Allah cuma dibedakan oleh ketaqwaannya.
Tapi dihadapan manusia, dibedakan oleh jenjang karirnya, pendidikannya, pakaiannya, merk bajunya, gajinya, profesinya, dan pasangannya.

Jujur kadang capek ngikutin kemauan masyarakat. Yang harus ini, gaji segini, menikah umur segini, dan bla bla bla.
Bisa gak sih nentuin hidup masing masing gak perlu ngurusin hidup org lain yang bukan jadi urusannya.
Bagi masyarakat Kita adalah apa yg melabeli kita seperti si Budi yang naik hond* j*zz atau si Sofi yang Konsultan gizi di perusahaan nutrisi terkenal itu, yang gajinya sekian... yang pacarnya orang luar negeri itu yang bajunya bagus bagus yang pake hape..... Bla bla bla.....

Capek woyyy capek....
Ngikutin pikiran orang.

Tapi kalau aku jalan pake pikiranku sendiri aku direndahkan, dilecehkan.

Ini bukan negara demokrasi.

posted from Bloggeroid

Selasa, 19 Februari 2013

Capsule 19th Feb 2013 -ends-

aku melihatmu dari kejauhan. Aku tau ada hal penting yang ingin kau katakan. Aku tak bisa menerka.

Kau pernah melepaskanku, membiarkan aku mencicipi hati yang lain. Tapi kau tetap menunggu.

Menatap mata sendumu, melihat gerak langkahmu, menunggu senyummu yang akan terkembang, masih saja membuat aku berdebar.

Aku terlanjur mencintaimu

Bagaimana mungkin aku bisa menghilangkan dirimu dari pikiranku, sedang bawah sadarku hanya merespon tentangmu.

"Aku harus pergi. Kamu kuat ya"
sesederhana itu ucapmu mengakhiri sore itu.
Sederhana. Yang sederhana tak pernah menyakiti. Tapi mengapa ini terasa berbeda?
Ada yang terasa sesak, berat, ada emosi yang meluap tertahan, ada yang langsung menyeruak tanpa bisa kubendung, air mata.
Aku menangis. Persis seperti saat kau melepasku dulu.
Hanya saja kali ini kau yang memintaku melepaskanmu. Kau bilang rasa itu sudah hilang.

Aku mengerti, cinta tak seharusnya melepaskan.__
posted from Bloggeroid

Sabtu, 16 Februari 2013

Tentang sahabat.

Kadang saya mikir...
Sedekat apapun persahabatan, ketika salah satu dari kita sudah memiliki pacar atau suami, ya dia tidak akan pernah jadi sahabat kita seperti dulu lagi. Dia sudah menjadi orang yang berbeda.

Kadang aku benci perubahan.

Mereka tak pernah lagi menjadi sahabat kita seperti dahulu. Sudah ada oranh yang lebih dipercaya, sudah ada orang yang lebih berarti, lebih istimewa. Wajar saja sahabat menjadi gak ada artinya.

Saya merasa seperti itu. Seluruh kehidupan akan berubah menjadi hanya fokus pada si pacar, atau suaminya.

Dunianya tiba tiba berubah. Hanya satu yang sama, ketika dia sedih saya masih ada disini membuka pintu lebar- lebar mendengarkannya bercerita.

posted from Bloggeroid

Kamis, 24 Januari 2013

Capsule : Nasi Goreng 211

Someday I'll say...
"Thanks God for sending the boy to me"


Aku memperhatikan pria yang ada disampingku. Makan dengan lahap nasi goreng telur yang kubuatkan dengan mata mengantuk. Tengah malam begini dia tiba tiba aja lapar. Seharusnya memang lapar melihat pekerjaannya seabreg-abreg.

Aku masih memperhatikan dengan seksama. Masih hapal cara makannya. 2 suap nasi, 1 potong telur dan seteguk air minum. Begitu berulang-ulang. Aku tersenyum masih masih ingat saat aku menebaknya dulu.

*
sebuah kampus di Nusantara
Seorang pria dengan kaos oblong dan sendal jepit membuatku melongo. Ni beneran kampus kan? Kenapa ada mahluk ajaib tidak pakai sepatu ke kampus ini?

Dengan santainya ia menuju kantin dan mengambil sepatunya dari bawah lemari kantin. Mengeluarkan kemeja yang udah kusutnya dari ransel hitamnya.
Simple. Dan setelah mengancingkan kancing terakhir kemejanya, dia melihatku yang terbengong bengong.
'Gak perlu bengong liat nya Lit.' Dia menghampiriku kemudia pergi.
Obeth. Aktivis berprestasi dikampusnya. Siapa sih yang gak kenal dia. Teman sekaligus musuh Rektorat. Tinggal nunggu Timingnya aja.

Gak habis pikir. Aku yang cuma mahasiswa K3- Kampus, Kos, Kampung- ini akhirnya bisa dekat dengan mahluk ajaib seperti itu. Bahkan jadi sahabat dekat.

Anehnya aku justru menikmati hubungan yang hanya sekedar sahabat ini.

*

Hujan deras kali ini berhasil membuatku menggerutu. Bagaimana tidak, paper yang kukerjakan semalaman tidak jadi di kumpulkan hanya karena Dosen tidak datang. Akhirnya aku memilih mengikuti kemauan Obeth nongkrong di kantin. Makan nasi goreng kampung Favoritnya.

2-1-1

Aku bergumam.

'ngapain lo?' tanya Obeth.
'dzikir..' jawab gue sekenaknya.
'ngapain lo liatin gue? Ntar jatuh cinta lo ma gue'
'ogah Obeth sayang'
'kenapa? Gue cakep, pinter, baik'
'Gue gak mau makan sama orang yang makannya 211'
'apaan?'
'2-1-1 2 suap nasi, 1 potong telur, 1 teguk air putih hahahah'
Obeth manyun.
'gue bakal buat lo jatuh cinta dengan itu.'
Aku terdiam.
setahun kenal Obeth aku sadar, dibalik ketidakpastiannya, ada satu yang pasti. Ia selalu menepati janjinya, membuktikan perkataannya.

*

lo kemana aja?

Sebuah post it ku tempelkan di pintu kamar kosnya.
Kosong. Lagi lagi kosong. Hampir sebulan Obeth tiba tiba menghilang.

*

nasi goreng 2-1-1 sekarang

pesan singkat itu mampir di ponselku lima belas menit yang lalu. Aku tau kemana harus pergi saat ini.

Pria berambut ikal itu sudah duduk dipojokan. Dengan nasi goreng yang belum tersentuh, ia masih berkutat dengan laptopnya.
Ada rasa yang tiba tiba saja menyeruak. Buncah. Mungkin ini yang disebut Rindu.

'Obeth 211. kemana aja lo?' tanya ku sok cuek. meredam geli di perutku. Kupu kupu yang berterbangan diperutku melihat wajahnya.

'Kangen lo?' aku mengangguk. langsung menggeleng.

'Gue ngerjain skripsi. Penelitian.'

'oohh... kasian tuh gak disentuh nasi goreng lo. gue abisin ya'

'gue nungguin elo, gue tau lo kangen gue makan nasi goreng 2-1-1 kan?'

aku nyengir.

*

Kau menepati janjimu, membuktikan kata-katamu. Membuatku jatuh cinta, kepadamu.

2 Tahun sejak Obeth lulus kuliah, aku baru saja menyandang gelarku setahun yang lalu.

'Lo bisa masak nasi goreng kan?' Tanya Obeth di sebuah warung nasi goreng suatu malam.

'Sepele lo, Nasi goreng buatan gue tu istimewa.'

'bagus deh. Lo mau nikah ama gue kan? buatin nasi goreng ya?' Obeth menghentikan ritual 211 nya. Melihatku dengan wajah serius. Bola mata cokelat dengan rahang tegas dan rambut ikalnya tak berubah sejak jaman kuliah dan malam ini, apa sih yang baru dia bilang?

'Lit, Lo mau kan jadi istri gue. Maaf nih kalo ngelamar lo warung nasi goreng gini.'

Aku masih bengong, Obeth mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Gelang.
Aku mengernyit. Ngelamar? bukannya cincin?

Kehidupan itu ada di Nadi. di sini. Lo itu alasan gue tetep bertahan hidup, Lit

*

Pecinta nasi goreng 211 ini benar benar menepati janjinya.
Aku jatuh cinta....


Medan, 25 January 2013

posted from Bloggeroid

Senin, 14 Januari 2013

8 Hal yang ngerusak mood (saya)

1. Rokok. Apapun bentuknya. Herbal, Asap, Abu, Bau dll...
Warning. Bahaya jika mood awalnya sudah buruk. Bisa terjadi hal hal yang lebih parah.

2. Menunggu. Yeah.... I hate waiting something tanpa kepastian. Tanpa kegiatan. Tanpa harapan *halah*

3. Perubahan rencana -mendadak-
Okey, aku memang siap dengan segala kondisi. Tapi ngabarinnya jangan mendadak karena itu artinya harus ngeset pikiran lagi. Huh.

4. Sms gak di bales. Hey... Kalo sms gak di bales dan saya tidak menghubungi anda selanjutnya itu tandanya yang saya punya hanya pulsa sms so please reply ASAP.

5. Lapar. Semua orang juga sama.

6. Duduk di dekat orang sombong.

7. Ngerjain Job Desc saya tanpa izin dari saya. I am getting angry...grrrr

8. Janjian dibatalin. MENDADAK. Itu artinya ada beberapa urusan yang jadi korban. So, please make this time valuable.

posted from Bloggeroid

Jumat, 11 Januari 2013

Capsule :The Distance

Kau tahu, jarak ini membuatku gila.

Weekend kesekian yang hanya diisi dengan sekantung pop corn manis dan diet cola oleh seorang perempuan mungil di kamarnya.
Kesepian? Tidak.
'Miss you so bad..
my heart, heart, heart so jetlagged'

Lirik Jetlag oleh Simple Plan mengalun begitu keras dari ponselnya. Disha berlari dari kamar mandi.
"Tunggu..." seolah si penelpon mendengar teriakannya. Terlambat. Tepat saat jemarinya menyentuh ponsel hitam dengan bandul Kitty, dering itu berhenti.
Disha menunggu beberapa saat. Tak ada tanda tanda ponsel itu akan kembali berdering. Perempuan mungil itu menghempaskan tubuhnya di karpet bulu berwarna merah maroon.

'Menunggumu adalah hal paling kubenci yang saat ini masih ku lakukan'

*
Lelaki berkacamata itu terlihat lelah, melepaskan kacamata bergagang hitamnya. Sudah seminggu ia berusaha tidur lebih larut. Sekedar menunggu suara di ujung ponselnya. Suara nyaring yang ia rindukan. Tapi malam ini ia terlalu lelah. Ini bahkan hampir pagi.
Ponsel putih miliknya tergeletak begitu saja di atas meja kerjanya. Tak akan ada yang menghubunginya, itu bukan ponsel satelit yang bisa menangkap sinyal di daerah terpencil seperti ini. Barusaja, ia memaksakan diri memanjat sebuah talang air, hanya untuk mendapatkan gelombang yang bisa melunturkan rindunya. Seperti malam malam sebelumnya, sia sia.

'Mengkhawatirkanmu tenggelam dalam rindumu membuatku merasa seperti pengecut'

*

"Lo kerja udah 48 jam, Dish. Itu yang lo bilang lo butuh kerjaan?" Theo mengusap wajahnya. Disha tau sahabatnya itu mengkhawatirkannya. Bagaimana tidak, setelah sejam yang lalu tiba tiba Disha minta jemput di kantornya dalam keadaan lemas. Pitam yang tiba-tiba saja membuatnya terjatuh.
"Gue butuh kerjaan itu buat weekend ini. Gue boring di Flat sendirian." Jawab Disha lemah.

' I miss you so bad...'

"Ponsel gue Yo?" Disha menunjuk Tas kerjanya.

Satu nama yang muncul di layarnya membuatnya langsung berseri.

"Rave... Baik-baik aja kan?" Disha memulai percakapan tanpa memberi salam.

'ternyata berpikir bukan hal yang sulit. Justru menghilangkanmu dari pikiranku membutuhkan energy sebanyak ini'

*
Lelaki berkacamata itu duduk di gubuk tertinggi di tempat itu. Tersenyum. Baru saja ia mendapatkan sinyal ponselnya, sebuah pesan masuk. Dari Theo.

udah gw bilang, setengah mati dia nahan kangen ma lo
Disha pingsan


'Rindumu tak pernah mampu ditaklukkan rasional'

"Jaga kesehatan. Aku segera balik Disha..."

*

Menghitung jarak tak pernah membuat hatiku jemu menunggu






posted from Bloggeroid

Rabu, 09 Januari 2013

Wet Capsule

"Prada...." Seseorang berteriak, aku menoleh. Seorang wanita dengan wajah lelah dan kesal memegangi sebuah tas biru tua mendekati seorang anak laki laki kecil. Anak itu berlari mendekati air yang mengalir. Jatuh dari atap.
Wanita itu terlihat emosi. Aku tersenyum, mendekati bocah laki laki itu, berjongkok di depannya yang sedang membuka tangannya merasakan air hujan.

"Prada..." Panggilku lembut. Anak itu menoleh. Sedikit keheranan, ragu, takut, malu malu ia tersenyum. Aku pun tersenyum.

"Suka hujan?" tanyaku. Anak itu hanya mengangguk saja sambil tetap merasakan air hujan di tangannya.

"Sini deh..." aku menariknya menghadapku. Hoodie kuning yang belum kukenakan sedari tadi langsung melekat di tubuhnya. Sedikit kebesaran, tapi terlihat lucu. Topi nya sengaja ku pasang di kepalanya. Dia tersenyum tak memberontak.

"Jangan nakal ya sayang, Ada yang mencemaskanmu disana." ucapku menunjuk ibunya yang memperhatikan dari tadi kemudian meninggalkannya, kudengar langkah kaki.

Kurapatkan lagi Blazer cokelat yang ku kenakan.

Dingin....

***

3 Musim kemarin

Sebuah topi tiba tiba melekat di kepalaku yang mulai basah oleh air hujan. Aku menoleh. sebuah wajah dengan rambut basah dan rahang mengeras. Tak mau melihatku, hanya bergumam.
"Aku suka hujan. Tapi harusnya kau tahu, aku mencemaskanmu."
Kemudian ia berjalan mendahuluiku. Suaraku tercekat memanggilnya.
"Prada..."

posted from Bloggeroid