Jumat, 30 November 2012

Caranya?

Aku mungkin bukan Karang yang bisa merasakan apa yang dirasakan anak kecil. Bukan Karang yang hanya dengan menyentuh anak kecil, maka anak kecil itu berhenti menangis.

Tapi aku seperti dia yang membuat Melati yang tak punya akses ke dunia menjadi mengenal dunia. Aku ingin membuat muridku mengerti perkalian. Dan aku akan terus mencari jalan keluarnya.

Caranya? Caranya? Caranya?

posted from Bloggeroid

Minggu, 18 November 2012

Kopi Pahit

Seperti kopi pahit yang  habis terteguk, namun menyisakan pati. Membekas.

Berulang kali ku cek ponselku. Nihil. Masih berharap akan ada pesan pesan darnya Yuna? pikiranku mulai menyusun perbincangannya sendiri. Aku berusaha menghindar dari perbincangan itu. kualihkan pandangan ke arah monitor laptopku, mulai mengerjakan proyek yang baru saja kuterima. Sudah cukup mellow-nya. terlalu banyak waktu yang terbuang karena menyesal. Pikirku.  

Ah kau menyesal ternyata Yuna, bisik hatiku menyepelekan.

Bukannya kau, yang begitu pagi datang, memutuskan untuk mengakhiri semuanya. 

Aku menghela nafas.

Bukannya kau yang dengan penuh kehati hatian berusaha untuk menjelaskan bahwa hatimu tak bisa lagi mencintainya.

Bukannya kau juga yang mengambil keputusan untuk menjauh darinya dengan kata kata ketusmu Yuna?

Pikiranku mengeluarkan fakta yang tak mungkin kubantah. Aku benar benar tak bisa melakukan apapun. Nafasku tertahan.

Jangan pernah mengharapkan sisa manisnya Yuna, jika yang kau beri padanya hanya Kopi Pahit.

Hanya akan tertinggal ampasnya, Pahit.


Aku mematikan ponsel, membiarkan laptopku menyuarakan lagu yang pernah kita nyanyikan dulu.
Aku merindukanmu, bisikku.

Aku tau cinta itu terasa berari saat kau telah benar benar pergi.

 


Rabu, 14 November 2012

Unconsistence

Dan sekeping hatiku yang lain memilih pergi menjauh.


"Ah ya Apa kabarnya Ario?" tanyamu sore itu, disebuah cafe langganan yang biasa kita kunjungi,dulu, waktu kita masih bersama. Pertanyaanmu adalah pertanyaan yang paling berat untuk ku jawab. Kau tau jawabannya, masih ada sepotong hatiku yang mencintainya. Kalau kau tidak lupa, aku meninggalkanmu karena dia. Dan kau selalu tertawa kalau mengingat hal itu. Entah menyadiari bodohnya dirimu atau, kebodohan diriku. Aku tak pernah tau pasti.

"Baik." Seperti biasa aku menjawab singkat. dan aku berusaha untuk ketus padamu. Aku mulai mengeluhkan waktu yang berjalan perlahan, amat lambat. Kita menunggu.
"Masih jalan sama Ario?" pertanyaanmu yang sangat tidak ingin kujawab.
"Dia sudah bahagia dengan pasangannya, seperti kau bahagia, dan aku pun bahagia. Masalah aku masih menyimpan rasa, itu masalahku. bisakah tidak usah kita bahas?" jawabku.
Dan kau mulai tertawa.
"Gak ada yang lucu, gak perlu tertawa, terlalu dipaksakan" komentarku ketus.
"Bahagia dan berusaha bahagia itu berbeda" ucapmu. tak kupedulikan, tapi aku mengerti maknanya.
 "Sepertinya aku harus pergi, Mungkin ini pertemuan kita yang terakhir." Aku tersenyum padamu.
"Bisa kah kita lebih lama disini?" tanya mu hati hati. kemudian Kau melambaikan tangan pada seorang perempuan cantik.
"Akan ada hati yang tersakiti, jika memang harus ada itu aku" jawabku singkat memperhatikan perempuan cantik itu mendekat ke meja kami. 
"Jangan pernah menyakiti dia" ucapku sebelum perempuan itu semakin dekat.
"Tidak akan pernah kusia siakan dia Yuna" jawabmu pasti.
"bisakah kita bertemu lagi?" tanyamu tepat saay perempuan berambut sebahu itu sampai di meja kita.
"Maaf tidak bisa" ucapku sebelum tersenyum pada perempuan itu. dan mengulurkan tangan.
"Kamu pasti pacarnya Fian, Hai aku Yuna..."
"Martha... " jawabnya tersenyum.

kemudian aku permisi dan bergegas meninggalkan tempat itu. meja yang sama sejak kita berkenalan, meja yang sama saat aku menerima rasamu, meja yang sama saat kita menyadari ada yang tidak sejalan, meja yang sama tempat aku meninggalkan semua kenangan kita.
meja yang sama ketika aku merasa "Berusaha bahagia dan tidak menyia-nyaiakannya" terdengar tidak sejalan. 









yang blom bisa q jelasin

ada banyak hal yang blom bisa ku jelasin sama ayah mungkin salah satunya.

Pilihan keluar dari instansi ini bukan karena aku tak sanggup kerja disini. Toh aku bisa bertahan sampai saat ini, aku bisa mengatasinya. tapi ada yang sulit dijelaskan, passionku gak disini, Aku rela kan gak dibayar ketika aku bekerja sepenuh hati.

Aku rela capek, gak tidur, dan lain sebagainya  asal aku bisa berbagi. That's simple. that why I've got my tittle. karena aku tau pemerintah gak akan bisa terjun langsung sampai ke lapisan paling bawah negeri ini. kare itulah aku selalu berkata "aku gak kepingin banget jadi menkes, karena aku sadar ketika aku jadi menkes, akan terlalu jauh jarak untuk mencapai masyarakat kecil"

mimpiku dari kecil sederhana, aku pengen punya rumah sakit biar kalo ada nenek nenek berobat, bisa gratis.

simple kan...

tapi sayang ayahku toh gak setuju, dia malah nyuruh aq kerja di tempat yang tetap. yang gajinya perbulan tetap. yang ada pensiunannya, aku tau mereka mau anaknya bahagia.

padahal aku cuma mau cerita kalo aku baru dipercaya nyusun program kegiatan buat satu tahun, udah ada yang siap buat jalin kerja sama yah...

malam ini aku benar benar kecewa sama diriku sendiri... :(

Hal terburuk

Hal terburuk yang bisa terjadi selama daur kehidupan adalah bertengkar sama orang tua cuma gara gara alur pikiran tentang masa depan itu gak sejalan.

Jumat, 09 November 2012

friendsh*t

Taee kalo ngomongin masalah friendshit. yg ada juga kepentingab pribadi disana. gg ada persahabatan abadii tuu. trust me deh. berapa persen sih orang orang yg udah sukses, yg udh pny pcar yang udah jadi org hebat masih inget sahabatnya?

kasi tau klo udah dpt datanya.

emang gak ada persahabatan abadi yg ada kepentingan abadi.

posted from Bloggeroid

Insomnia 51 kata



3 jam 24 menit dari pukul 10 malam. Usaha ku sia-sia. Masih ada gelisah tersisa. Masih kubiarkan ponselku tergeletak dilantai tanpa nada. Terlalu penat. Atau terlalu rindu. Entah. Kujatuhkan tubuhku ke lantai kamar, meraba ponsel hitam itu. Terperanjat.
14 Missed call.
1 Message.
Aku berada di kotamu sekarang.
Insomniaku tambah parah.

Rabu, 07 November 2012

Maaf yang menggantung


"Kapan lagi Alika?" tanya mama lembut.
tapi aku tahu, dibailk kelembutannya, ia menyimpan harap yang sangat besar. hanya satu harapannya sejak aku mendapatkan pekerjaan itu, ia ingin melihatku menikah. memiliki pendampinghidup, kata ibu begitu.
 Sudah berkali kali, bahkan aku hapal sekali bentuk bentuk pertanyaannya.
"Udah ada calonnya?"
"Orang mana nih calonnya Alika?"
hingga pertanyaan...
"Duh mbak, ntar kalo mbak gak merried, kapan dong saya merriednya?" ucap sepupuku guyon.
Aku hanya tersenyum saja, memberikan jawaban paling sempurna dengan lengkungan bibirku yang artinya aku tidak ingin menjawab apa apa.
Malam ini mama mengundang temannya datang makan malam, bersama seorang anak laki lakinya. Perjodohan. ah, cerita lama pikirku. Aku hanya berbasa basi sekedar menjaga sopan santun.
tak ada lagi alasan untuk menunda pernikahan, bisik mama seraya keluar dari kamarku. Aku terdiam.

Pikiranku tak lagi bisa terkoneksi dengan bibirku, seolah olah mereka bekerja sendiri sendiri dalam mode default, pun begitu dengan hatiku, tak lagi dapat merasa lebih tegar sedikit lagi untuk tidak memancing gravitasi air mata.

Ma maafkan aku, tak pernah terbayangkan wajah cemasmu saat usiaku mulai bertambah dan kau belum menyebarkan kabar bahagia itu.
Ma  maafkan aku, telah memberikan seluruh hatiku pada pria lain,
lelaki yang kuharapkan akan memanggilmu ibu, 
lelaki yang kuharapkan akan menjadi imamku,
lelaki yang ku harapkan akan selalu kutunggu kedatangannya setiap hari.
yang akan dengan bangga kau perkenalkan pada yang lain.
dan dia pula yang tanpa permisi pergi begitu saja.
membawa seluruh hatiku yang utuh.
maafkan aku ibu, telah ceroboh memberikan seluruh rasaku padanya. 
Menitipkan seluruh hatiku padanya,
Hingga tak ada lagi yang tersisa 
selain asa 
selain luka.

Ayah, maaf...
Tak bisa kutemukan lelaki yang kau impikan
lelaki yang kau harap lebih baik darimu.
yang bisa memberikan apa yang kupinta,
yang bisa menjagaku lebih baik darimu,
lelaki yang kau pintakan juga untukku dalam setiap doamu.
aku mencintai dia 

Maafkan aku
Hati ini telah dimiliki oleh dia, 
Tak ada lagi sisa hati yang pantas untuk sekeping hati yang lain.

Pikiranku ingin meneriakkan kata kata itu dengan lembut di pelukan orang tuaku. Tapi badanku kaku. Hanya buih putih keluar dari bibir merahku. Setelah hampir sebotol ku telan obat tidur.

beberapa menit berikutnya tak lagi kudengar mama berteriak....

"Alikaaaa..........." sambil memeluk tubuhku yang terbujur kaku.