Seperti kopi pahit yang habis terteguk, namun menyisakan pati. Membekas.
Berulang kali ku cek ponselku. Nihil. Masih berharap akan ada pesan pesan darnya Yuna? pikiranku mulai menyusun perbincangannya sendiri. Aku berusaha menghindar dari perbincangan itu. kualihkan pandangan ke arah monitor laptopku, mulai mengerjakan proyek yang baru saja kuterima. Sudah cukup mellow-nya. terlalu banyak waktu yang terbuang karena menyesal. Pikirku.
Ah kau menyesal ternyata Yuna, bisik hatiku menyepelekan.
Bukannya kau, yang begitu pagi datang, memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
Aku menghela nafas.
Bukannya kau yang dengan penuh kehati hatian berusaha untuk menjelaskan bahwa hatimu tak bisa lagi mencintainya.
Bukannya kau juga yang mengambil keputusan untuk menjauh darinya dengan kata kata ketusmu Yuna?
Pikiranku mengeluarkan fakta yang tak mungkin kubantah. Aku benar benar tak bisa melakukan apapun. Nafasku tertahan.
Jangan pernah mengharapkan sisa manisnya Yuna, jika yang kau beri padanya hanya Kopi Pahit.
Hanya akan tertinggal ampasnya, Pahit.
Aku mematikan ponsel, membiarkan laptopku menyuarakan lagu yang pernah kita nyanyikan dulu.
Aku merindukanmu, bisikku.
Aku tau cinta itu terasa berari saat kau telah benar benar pergi.
Cerita dari hidup yang singkat, seperti gelembung sabun.
Minggu, 18 November 2012
Blog Archive
Labels
Alien
Anak Kos
anakku
Anakniburju
asrama
badai
Bahan Kuliah
banjir
becak motor
bencana
bkkbn
blog
blurb
bunga
cerita
cerpen
cinta
cowok keren
einstein
Fiction
fisika
Flash Fiction
Flashback
funny face
Gagas Media
Galau
gerak vertikal
hidup
him
Hope
image
iseng
jam
jenius
kau
keputusan KPU
kesal
kuliah
kutipan
life
mahasiswa
makanan
Malam Minggu
Marriage
married
medan
membaca
merried
mimpi
Mom
motivasi
nikah
perempuan
perubahan
pesanmama
Presiden terpilih
Prince
puisi
rejeki
rindu
Robot
sehat
Surat untuk presiden terpilih
tempat ini
Time capsule
tips
twitter
ulang tahun
unik
usaha
wife
work
Copyright (c) 2010 Asem Manis Hidup and Powered by Blogger.
0 comments:
Posting Komentar