Senin, 31 Desember 2012

Broken Capsule

aku pernah bahagia tanpamu, bila sekarang aku harus terbiasa tanpamu itu tidak akan pernah sama lagi


Yuna mengarahkan matanya pada lampu kota yang sedikit berwarna kuning. Terang tapi tidak menyilaukan. Gerimis, pikirnya.

*

Kau tau Prada? Hujan itu romantis, ucap Perempuan yng terbalut cardigan cokelat tua itu. Lelaki disampingnya hanya tersenyum kecil, memperlihatkan lesung pipinya

*

Bingar pesta tahun baru membuatnya sedikit bosan. Berulang kali melirik jam tangan, menunggu pergantian tahun. Ia bosan.

*

Aku tak memintamu menunggu. Aku pun tak pernah yakin

*

Yuna melepas mantelnya, gerimis sudah reda. Bulan purnama menunggu juga pergantian tahun, sama seperti sekitar 1000 orang di lapangan ini. Yuna tersenyum sinis melihat langit di lapangan itu.

*

Kita melihat bulan purnama yang sama. Ucap lelaki itu tanpa mengalihkan pandangannya dari langit.

Menurut mitos di Jepang, jika 2 orang yang berjauhan melihat bulan yang sama, maka bisa terlihat wajah orang yang ia rindukan, Yuna membetulkan letak ponselnya ditelinga. Sambil melihat purnama di kota yang berbeda oleh lawan bicaranya

*

"Apa resolusimu tahun depan?" wajah polos Tyo membuatnya tersentak dari lamunannya.
Yuna hanya mendesah pelan.
"Aku tidak membuat resolusi apapun. Aku diharuskan."
Kening sahabatnya berkerut, kemudian menundukkan kepalanya tanda menyesal pada pertanyaannya barusan.
"Tapi kau masih bisa membuat harapan kan¿" lanjut Tyo. Perempuan dihadapannya tidak langsung menjawab. Memasukkan sepotong brownies ke dalam mulutnya.
Sabtu sore terakhir tahun itu.

*

Aku tak pernah berhenti menunggu, meski ini lebih layak disebut penantian.

15 Desember
Angin terasa dingin akhir tahun ini. Perempuan itu merapatkan Jaketnya. Jika tidak terpaksa ia memilih untuk tidak keluar hari ini.
Tepat di bawah pohon besar di sudut kiri jalan, Yuna berhenti.
Tak ingin melanjutkan perjalanannya. Lelaki yang selalu ada dipikirannya sedang memberikan beberapa buku pada perempuan yang kemudian memasuki rumah biru pudar itu.

Lelaki berwajah sendu itu masih tersenyum sedikit saat meninggalkan rumah itu.
Kemudian tatapannya bertemu dengan Yuna.

Sejak kapan?, tanya Yuna hampir berbisik.

Sejak Pergantian musim terakhir. Lelaki itu hampir meminta maaf.
Perempuan dihadapannya tersenyum.
Kau hanya harus percaya Prada. bisik Yuna, tepat saat ia melangkahkan kaki pertamanya. Meninggalkan Prada.


*

"Aku tak perlu membuat resolusi"
Yuna menjawab sambil mengaduk float miliknya.
Tyo menunggu,
"Aku hanya berharap, tahun ini tak pernah ada. Jika memang harus ada, aku tak ingin punya ingatan tentangnya" Yuna masih mengaduk gelasnya, tersenyum.

***

Jika aku harus hidup tanpamu sekarang,....
Aku ingin menghabiskan tahun tanpa pernah memiliki ingatan tentangmu



31 Desember, malam tahun baru

posted from Bloggeroid

Rabu, 26 Desember 2012

Lost Capsule

pertemuan tak selalu dengan orang baru, terkadang waktu mengirimkan orang dari masa lalu


Kaki kaki kecil itu melangkah bergegas meninggalkan percikan comberan di sepatunya.
tak peduli sepatu pink pudarnya sedikit kotor.

hampir terlambat, pikirnya.

Tiiiiinnn.....

sebuah angkot membunyikan klakson di belakangnya. Perempuan itu menggerutu pelan. Menelan umpatannya, melihat supir yang berwajah sangar nyalinya menciut.

Bergegas lebih cepat melangkahkan kakinya. Tepat pada waktu yang di perkirakannya, pukul 09.0 pagi, di perempatan jalan protokol, tepat saat seorang lelaki melangkahkan kaki memasuki bus umum yang penuh sesak.

Sebuah senyum kekecewaan tersungging di bibir kecil berwarna peach itu.
Terlambat lagi, pikirnya.

Tapi seragam yang dikenakan lelaki itu memberi informasi yang lebih dari cukup baginya.

*
perpisahan berarti akan ada pertemuan baru, Yuna

Yuna menyeka matanya yang berair. Melepas Sato, sama saja melepas semua mimpinya. Tapi tak ada pilihan lain. Atau sama sekali tak ada mimpi yang bisa bertahan.

*

"Hai... Theo" sapa perempuan dengan lesung pipi di sebelah kirinya.

Lelaki itu mengerut kan keningnya. Senyum itu, bola mata cokelat yang berbinar, Poni yang sedikit berantakan.

"Yuna...Claira Yuna?" lelaki itu meyakinkan. Perempuan di depannya mengangguk polos, puas berhasil menyapa lelaki yang 3 hari ini dilihatnya tepat di perempatan jalan protokol.

"ya... Theo William..."

Mereka tertawa bersama menunda keberangkatan dengan bus yang berlalu lalang. Memilih sudut sebuah warung sarapan pagi untuk menghabiskan pagi yang sudah lama sekali tidak mereka miliki.

Begitu saja, pagi membawa mereka bergerak mengarungi waktu, kembali ke masa lalu. Tertawa-tawa mengenang masalalu.

***

Seperti dilemparkan waktu dari masa lalu. begitu saja menyapa ku dalam sebuah Pertemuan

posted from Bloggeroid

Sabtu, 22 Desember 2012

Realitas

Kau membuat realita menjadi cinta yang tidak realistis.


"Lo nyadar gak sih Dry?" Theo sedikit membentak.
Audry diam, sedikit terkejut.

"Cinta lo gak realistis." Theo berkata lagi pelan. Hampir menyerah menghadapi sahabat perempuannya.

"Bagian mananya yang gak realistis Theo? Gue sayang Indra, Indra juga. Cuma kami sedang sibuk aja." Audry membela diri.

"Berapa kali dia nanya keadaan lo dalam satu minggu? Berapa kali lo ngkhawatirin keadaan dia?"

"Kita udah dewasa, gak perlu tiap saat BBM an atau telponan kan?"

"Kalo dia sayang sama lo, gak bakal pernah dia lewatin satu hari pun tanpa tau kondisi lo, gak bakal dia bandingin lo sama cewek lain, dia gak baka tega buat lo nunggu, buat lo nangis kayak gini." Theo menunggu Audry membantah. Audry diam.

"Udah berapa kali bajingan itu janji sama lo, gak ditepati?" Theo menggeram.

"Yo..." Audry menahan tangis.

"Oke, lo ikut gue sekarang." Theo tak menarik tangan Audry. Hanya membawakan tas berwarna camel milik Audry. Audry bergegas menyusul Theo.

Gue udah bilang berkali-kali Dry. Lo gak pernah mau dengerin gue, Dry.
Bisik Theo dalam hati.

Theo menghentikan langkahnya didepan sebuah cafe. Melihat kebalik kaca jendela cafe tersebut dengan tatapan kosong. Audry berhenti disamping Theo. Mengikuti arah pandang Theo.

Indra, lelaki yang sejam lalu membatalkan janji bersamanya sedang menggenggam tangan perempuan dihadapannya.

"Farah?" Ucap Adry tertahan. Menoleh kepada Theo, meminta penjelasan.

"Ini yang selalu lo bilang cinta yang realistis? Pacaran orang dewasa? Sh!t..." Theo memaki pelan. Audry terdiam. Theo menarik tangan Audry menjauhi tempat itu.
Audry tak banyak bicara.

"Sejak kapan lo tau?" Suara perempuan itu sedikit parau.

"Sejak gue ngerasa hubungan gue dan Farah gak se- realistis yang lo bilang, Dry"



Realita-nya kau tak memberikan cinta. Tapi kenapa sakit ini terasa nyata?



posted from Bloggeroid

Jumat, 21 Desember 2012

Aku kuat.

Kau pikir akan bisa menghancurkan hatiku.
Puhhh
Terlalu angkuh kau merasakan bahwa aku telah tunduk padamu.
Kau pikir aku selalu membanggakanmu hingga aku terlena dengan semua bualanmu.
Cih...
Aku sudah belajar tentang penghianatan, tentang penghinaan, sejak aku belajar berdiri.

Kau harusnya tau, aku membuat diriku terlihat.
Meski sinarku hanya kecil saja.

Kau lagi lagi salah jika menilai aku dengan materimu.
Lagi lagi tujuanmu hanya menjatuhkanku.

Jika itu yang membuatmu puas, aku akan menjatuhkan diri.

Kau lupa, aku selalu perhitungan.
Agar ketika aku jatuh, aku tak kalah sepenuhnya.

Aku tak akan pernah membuatmu menyesal.
Aku hanya akan membuatmu sadar, bahwa aku tak serendah yang kau pikirkan.

posted from Bloggeroid

Kamis, 20 Desember 2012

Apa yang kusebut Candu

Aku tidak ingin hari ini ada.
Entah...
Tidak ada yang kurang dari hari ini.
Semua berjalan sesuai rencana.

Mungkin aku hanya takut merasakan bahagia,
Aku takut candu
Karena aku tahu bahagia itu tak pernah bertahan lama,
Atau sebenarnya hanya semu belaka.

Entahlah, aku takut kecanduan.
Karena aku tak pernah tahan atas efek candunya.

posted from Bloggeroid

Rabu, 19 Desember 2012

Kenangan

Aku hanya ingin mengenangmu sekarang.
Sebentar saja jika kau twk keberatan.
Mengenang senyummu.
Mengenang suaramu yang parau.
Sifatmu yang keras kepala.
Ah aku seperti telah mengenalmu begitu lama.

Ada yang terlupakan?
Makanan favoritmu..
Aku tau, bebek goreng buatan ibumu kan?
Kesukaanmu yang selalu berubah ubah.

Ah itu 2 tahun silam.
Saat aku masih menaruh hati pada
lelaki yang membiarkanku sendiri.
Ditengah hujan.

posted from Bloggeroid

Jumat, 07 Desember 2012

Gift for me



yiippii.....
this is mw birthday gift.

telat sih. tapi aku senengggg banget thx so muach deh buat Marina Aprina, Budi Hardiansyah, Syofia, Sri Wahyuni, Rikky Suhanda.
its Great I have best friend like you dear....

posted from Bloggeroid

Rabu, 05 Desember 2012

Sebentar lagi

Tuhan aku hanya sanggup bertahan sedikit lagi.
Bisakah segera kau kirim pertolonganmu?
Aku tak sanggup bertahan lebih lama lagi.
Aku hampir mati, kehabisan harap, kehabisan mimpi.

Tuhan, aku mohon

posted from Bloggeroid

.

Aku benci morning text.
Aku benci pesan pesanmu
Aku benci ketika aku terbuasa dengan itu.

Aki benci kekosongan.

posted from Bloggeroid