Kamis, 01 Agustus 2013

Maafkan Hati


Laura melirik ponselnya sekilas.
Tak ada balasan dari Adry. Sia-sia menunggu konfirmasinya, sejam, dua jam. Seperti biasa tak akan ada yang ditunggu sampai esok. kemudian lelaki itu akan menyapanya dengan kata manja besok pagi, dan Laura begitu saja luluh.

Pling...
Sebuah ikon amplop muncul di layar persegi panjang itu. Sebuah nama yang berulang kali diacuhkannya muncul menutupi sebagian wallpaper ponselnya yang menampilkan wajahnya dan Adry. Sebuah nama muncul, Gio.
Giofan Syahreza.

Ra, sibuk?

Yang ditanya hanya mendengus tak menjawab.


'Ra, ada yang memang kamu inginkan padahal tak seharusnya kamu miliki. Ada yg kamu acuhkan, padahal kamu butuhkan.'

Diambilnya ponsel yang tadi dihempaskannya di sebelahnya. diketiknya cepat.

Gak. Knp Yo?
sent...

Udah makan Ra?

Pertanyaan sederhana yang langsung menyadarkannya. Dia belum makan sejak pagi.

belum. Diet Yo :-)

Aq jemput sekarang ya.

Laura tak membalas apapun. Hatinya menolak.

terkadang hati tak serealistis logika Ra.

Baru lima belas menit gadis itu fokus pada laporan akhirnya.

Ra, aq di gerbang. Makan yuk

Langsung diambilnya cardigan merah tua nya, di polesnya lipgloss pink nude favoritnya, sederhana. Sesederhana perasaannya sekarang. Nyaman.

Gio masih berada diatas motornya. Menyediakan helm untuknya, tersenyum manis ditengah wajah cemasnya.

adonan kue takkan sama rasanya setelah melewati suhu tinggi, Laura. Sejatinya setiap perselisihan menghadirkan kematangan baru.

Gio. Giofan Syahreza. Lelaki yang hampir tak pernah lagi diharapkan Laura datang di kehidupannya, setelah pertengakaran yang membuat persahabatan mereka sempat terhenti.
Tapi sekarang ia berada di boncengan lelaki itu membiarkan wajahnya tersapu angin. dan merasakan perutnya sangat lapar.

'Ra akan ada masa kau lebih memilih merasa nyaman daripada kau tetap menunggu yang tak pasti'

Laura merogoh saku celananya, mengambil ponselnya. Menekan tombol nonaktif. Kemudian menyimpannya.

Aku telah lelah menjaga hatiku untukmu. Sementara kau menyia nyiakannya. Izinkan aku melepasnya. Memaafkan hatiku yang terlalu setia menunggu luka baru darimu.

'Ra... Udah nyampe.' Gio melepas helm nya menoleh pada gadis di belakangnya. Laura tersenyum.

Kita memang harus mencoba yang salah dulu Ra. Biar tau apa yang sejatinya diinginkan hati.

Sesederhana ini. Sesederhana rasa yang terbentuk dari kulminasi langit dan tiupan angin sore.


posted from Bloggeroid

0 comments:

Posting Komentar