Minggu, 28 Oktober 2012

Aku, ibumu dan hati yang lain.

"Adit"
"Namanya Aditya Prada"  lanjutku, perempuan itu mengusap matanya yang masih basah. Dia masih tak mengerti.
"Pria itu lah cinta terakhir ibumu. Tempat dimana dia menyerahkan seluruh hatinya." aku memulai cerita. Perempuan itu masih sedikit terisak.
"Cinta tak harus memiliki, kau pernah dengar yang seperti itu kan?" perempuan itu mengangguk.
"Ibumu tak memberlakukannya dalam hidupnya. Bagi ibumu jika dia benar benar sayang, maka seharusnya ia tak pernah melepaskannya"  Perempuan itu memandang menunggu penjelasan.
"Pada akhirnya ibumu sadar, pria itu tak benar benar menyayanginya. hingga ia pergi tak sekalipun pria itu berusaha mencari tahu. Kau tau Ladisha? Ibumu masih saja menunggunya dengan setia." Aku tersenyum.
"Prada. Kau pasti tak asing dengan nama itu. Nama yang sering digunakan ibumu dalam setiap tulisannya. Setiap ceritanya adalah sepotong kehidupannya ditambah mimpi mimpi ibumu."
"Kau mencintai ibu?" Perempuan itu memotong kalimatku dengan pertanyaannya.
"Hingga akhir bilangan hidupku Ladisha." jawabku tegas.
"Meskipun kau tau ibuku mencintai Prada-nya?"  tanya Ladisha ragu.
"Ibumu tak pernah ragu pada ku. Kau lupa Ladisha, bagi ibumu cinta adalah tidak pernah melepaskan. Ibumu tau, aku tak pernah melepaskannya dalam kesendiriannya seperti Prada."
"Kau tak pernah cemburu?"
"Karna aku tau Ladisha, hanya hatiku yang dimilikinya sekarang, sejak ia menyerahkan seluruh hatinya pada pria itu." Aku tersenyum.

"Kau lelaki yang kuat ayah..." ucap Ladisha memelukku.

0 comments:

Posting Komentar