Minggu, 23 April 2017

Minder


Aku menarik diri. Memang ku sengaja. Menjauh dari keramaian. Menjauh dari masyarakat.

Aku iri. Aku bukan seorang isteri yang baik. Aku masih menyimpan iri. Pada tetangga, pada teman, pada saudara.

Aku tidak iri mereka bergelimang emas. Aku tidak iri mereka berpakaian mewah yang harganya bisa untuk makan seminggu. Aku tidak iri mereka naik turun mobil mewah terserah saja. Aku hanya iri pada mereka yang pamer test pack di sosial media dengan dua garis merah. Aku iri pada perut buncit mereka. Aku iri pada elusab mesra suaminya di perut perempuan itu. Aku iri pada rona bahagia ibu ibu yang ku kenal menggandeng anaknya atau menantunya yang sebentar lagi akan menjadi seorang nenek.

Aku iri.

Iri setengah mati. Aku minder. Sebaiknya aku tidak menjumpai mereka. Aku menyibukkan diri dengan kegiatan lain. Aku berusaha mengalihkan pikiranku dari keinginan itu. Mengalihkan pembicaraan dari pertanyaan pertanyaan kenapa perutku belum juga membuncit.

Aku menjauh, karna aku iri. Karna aku begitu menginginkannya. Sementara Tuhan masih belum mengizinkanku memilikinya. Sementara jarak masih memisahkan ku dengan lelakiku. Aku menjauh karena kau takut dengan pertanyaan mereka. Dengan tuduhan tuduhan mereka. Dengan hinaan mereka. Aku takut dengan omongan mereka yang menyakiti hatiku.

Aku takut.

Bukan aku tidak ingin hamil.



0 comments:

Posting Komentar