Senin, 05 September 2016

Welcome to the real life as a woman

Dan saya memasuki fase paling sulit dalam hidup saya. Menjadi dewasa. Menjadi seorang isteri. Menjadi milik orang lain. Menjalani hidup yang gak tau bakal gimana.

Saya suka berjuang. Tapi kali ini saya tidak tau berjuang untuk apa. Untuk kebahagiaan saya atau untuk membungkam celetukan sosial yang sering kali membuat jengahdengan pertanyaan pertanyaan yang membosankan mulai kapan nikah hingga kapan mati.

Meninggalkan teman, mimpi S2, meninggalkan penelitian penelitian yang memuaskan dahagaku, bersenang senang. Dan setelah hari itu saya hanya akan menjadi seorang isteri yang membusukkan isi kepala dengan diam seharian di rumah merutuki diri sendiri.

Well, apa yg akan kalian lakukan kalau penjara akan berada depan kalian? membaca buku? FYI saya akan tinggal di daerah yang tidak ada toko bukunya. Saya akan tinggal di daerah yang tidak ada sinyal, terisolasi. Saya akan tinggal di daerah dimana perempuan cantik lebih penting dari yang punya otak. Sayatidak akan punya teman bercerita tentangkehidupan atau ide ide gila lainnya. Rasanya seperti menghadapi kematian.

Inikah yang harus dilalui seorang perempuan. Benar kah keputusan yang telah ku buat? Bagaimana kalau ternyata salah? Bukan kah tidak akan ada apapun yang bisa memperbaiki keadaan kalau ternyata keputusan ini salah?

Saya akan masuk ke dalam sebuah keluarga baru yang tidak tau bagaimana masalalu membentuk saya. Keluargabesar tepatnya. Lebih besar lagi karena saya harus menghafal nama, struktur keluarga dan posisinya. Saya akan menjadi seorang perempuan yang diharuskan tunduk pada seorang pria yang entah masih akan tetap sayang sama saya atau tidak setelah hari itu.
Entah dia akan suka dengan hasil saya memasak, membersihkan rumah. Atau malah membandingkan dengan perempuan lain. Atau keluarga dan masyarakat yang menilai saya tidak dapat menjadi perempuan dewasa yg di sebut isteri. Dimana posisinya ketika saya dinyatakan gagal? Masih tetap menggenggam tangan saya dan membela saya mati matian. Atau malah berbalik menyetujui bahwa saya gagal menjadi sempurna dalam istilah meteka.
Entah akan berapa luka yang dibuatnya.
Takut. ya saya takut disakiti tanpa bisa melawan tanpa bisa lari. Bagaimana bila suatu saat saya tidak tahan lagi di sakiti. kemana saya harus meminta pertolongan.


Saya seperti menyiapkan perayaan kematian sendiri.

Kematian akan kebebasan bergerak, berfikir, dan mengambil keputusan.

Aku rindu masa kecil ku.

posted from Bloggeroid

0 comments:

Posting Komentar