Senin, 30 November 2009

Antara optimisme-kesombongan dan pesimisme-kerendahan hati


Berawal dari sebuah kepanitiaan yang memposisikan diriku seebagai sie tempat dan peralatan. Malam itu, melalui sms aq mendiskusikan masalah tempat yang akan digunakan dengan rekan sesama panitia. Sebenarnya sudah sejak pag hal ini di diskusikan. Ketidakpastian dari pihak pemilik tempat menjadikan kami seolah terombang ambing. Karena secara tidak langsung (yang artinya berita dari mulut kemulut) kegiatan in sudah terpublish akan dilaksanakan di tempat itu.
Hasil diskusi malam itu, sebenarnya tidak cukup jelas. Ada tawaran yang siangnya udah terdengar dan malam itu kutawarkan lagi. Tanggapan yang tidak jelas. Hingga kutawarkan alternatif terakhir. Dilaksanakan di ruangan terbuka sejenis ’joglo’ yang akan dibuat pentas kecil kecilan. Sebenarnya ini ideku dan temanku. Dan memang sudah tergambarkan akan jadi seperti apa. Karena sudah sering dibuat di SMA ku. Tapi kali ini benar benar tanggapan yang mengecewakanku terlontar dari rekan ku itu ’itu hal yang mustahil’ aku terdiam.
Setelah satu tahun terakhir aku hampir tidak bisa menerima kemustahilan atau aku hanya mencoba menolak kemustahilan. Karena pengalaman dan referensi bacaan ku seolah me nol kan kemustahilan. Dengan catatan kita melaksanakan nya dengan kerja keras. Dan kasus malam itu menggambarkan pada ku bagaimana realita sebenarnya. Bahwa aku akan berbaur dengan orang orang yang berbeda jalan pikirannya dengan ku. Sebenarnya sikap pesimis. Itu yang bisa aku artikan dari statement singkat itu. Selama ini semua motivasi optimis berhasil aku terima kali ini sulit untuk mencerna kepesimisan itu. Dengan alasan yang mungkin rasional. Bagiku pesimisme hanya menggambarkan kelemahan, ketidak konsistenan, dan tidak mau bekerja keras.. hanya itu saja....
Atau aku yang terlalu sombong dengan optimisme ku... hingga merasa pesimisme adalah hal yang buruk.
Apakah optimisme bukan berarti kesombongan dan pesimisme adalah kerendahan hati dengan pertimbangan yang matang?

Mugkin meurutku hidup terlalu lunak pada mereka yang pesimis atau mereka yang melunakkan diri hingga pantas disebut si rendah hati? Hingga tak ada mimpi tuk membuatnya tetap hidup dengan alasan mewujudkan mimpi itu. Kali ini aku di uji lagi untuk mengambil sebuah pilihan antara optimisme-kesombongan atau pesimisme-kerendahan hati...
Arghhh lagi lagi aku butuh banyak pelajaran hidup untuk sekedar memilih.....

2 comments:

Anonim mengatakan...

lam kenal aja......

Itan'S Blog mengatakan...

sama sama....(^_^)

Posting Komentar