Kamis, 02 Januari 2014

Kepingan Suara

'Kenapa kau selalu lama dibawah shower?
Suara airnya mengusir suara suara lain dikepalaku. Itu membuatku tenang.


Kau baru keluar dari ruangan 2x3 meter itu dengan menggunakan handuk. Rambut hitammu basah meneteskan sisa air dirambutmu. Kau selalu saja berlagak cuek.
'Lo lama banget sih Dish?'

Lo cuma berbisik sorry kemudian kembali ke kamar mandi mengenakan pakaianmu. Aku hanya menghela nafas panjang. Seharusnya aku datang satu jam lebih cepat. Harus nya aku tau kebiasaan baru sahabatku, Ladisha .


'Lo lama banget kalo di bawah shower Dish? Gue capek nunggu lo?'
'Sorry...'
Jawaban yang selalu sama dari bibirmu yang dibarengi senyum simpul.
'Ra, kadang ada suara suara aneh yang mengganggu pikiran gw?' ucapmu satu ketika.
'Suara apa?'
'Entah. Suara itu ngebuat gue takut, gak percaya, curiga'
'Termasuk sama Rave?'
'Iya...' wajahmu langsung suram. Aku tau kau begitu mencintai Rave. Berulang kali kau selalu bilang kau takut kehilangannya. Terakhir dua tahun lalu, pertengkaran hebat membuat kalian memilih mengakhiri hubungan itu. Aku tau semua ceritamu dengan Rave.
Ladisha, Gadis cantik dengan binar mata terindah. Setelah pertengkaran terakhirmu dengan Rave, matamu sayu, sembab.
Kau berusaha menahan airmata yang kadang mengalir bahkan saat kau bersamaku. Aku tahu kau begitu merindukannya.
'Gue yang salah Ra. Suara suara dipikiran gue yang ngebuat gue ragu, ngebuat gue ngelepas Rave.'
Ucapmu terisak. Kau langsung pergi ke kamar mandi dan mendapatkan kenyamananmu disana. Dibawah shower air dingin, berjam-jam.
Kukumu membiru, tubuhmu menggigil hingga isakmu tak terdengar lagi.
'Aku berhasil tidak menangis Ra. Aku berhasil menghilangkn suara-suara itu Ra'



'Assalamualaikum...' Aku memasuki rumahmu, Istana baru Ladisha dengan... Ah itu dia, Theo, lelaki yang bisa mengalahkan suara-suara dikepalamu.
'Walaikumsalam Ra, Disha lagi mandi...'
'Dish, Masih lama?' tanya ku di depan kamar mu.
'Bentar lagi siap Ra, gue baru aja mandi.' Jawab mu dari kamar mandi.


'Bagaimana Theo bisa?' tanyaku yang keheranan. Binar mata mu kembali, tawa renyahmu terdengar lagi, dan shower di ruangan 2x3 itu hanya kau pakai sebentar.
Kau hanya tersenyum 'Apa yang diucapkan dari hati, akan sampai kehati juga, Ra'

'Terkadang bisikan yang tulus bisa melenyapkan teriakan. Ra, Theo selalu bisa melenyapkan suara suara dikepalaku, dengan bisikannya' tambahmu. Aku menangguk tersenyum


'Bukan Dish, dia bukan melenyapkan suara suara dikepalamu, hanya saja dia selalu membuatmu percaya dengan membuktikan cintanya. Theo tak pernah membisikkan rayuannya'

posted from Bloggeroid

0 comments:

Posting Komentar